Sang Pemutus Nikmat?

oleh Niken Iwani Surya Putri

“Kalau mau, Niken bisa tinggal disini sama-sama aku..”

Begitulah ajakannya ketika itu, ditengah pembicaraan telepon. Saat itu aku sedang kalut memikirkan housing, dan tawarannya datang seperti air hujan, sejuk. Aku sempat putus kontak dengannya beberapa lama.

Pertemuan terakhirku dengannya adalah ketika aku memandang wajahnya yang terlelap, dari balik jendela kamar ICU, rumah sakit Erasmus MC. Tidak sampai satu malam setelah itu, ia pergi menemui Alloh.

Aku datang melayat bersama sahabat-sahabat terdekat, dan aku sempat melihat wajah pucatnya.

Oh, pikirku, begitulah wajah manusia ketika kehidupan meninggalkannya.

Terlihat sama, tetapi berbeda.

 Ia kini hampa bagai cangkang kosong.

==

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”

Kematian, topik yang menghilangkan selera, memutus segala nikmat.  Anehnya adalah salah satu kejadian penting didalam kehidupan manusia yang paling tidak dihiraukan.  Diperkirakan 150.000 orang meninggal dunia setiap harinya. Jika dibagi jumlah detik dalam sehari, yaitu 86.400 detik, ini berarti tiap detik ada dua orang yang dicabut nyawanya.

Percuma lari dari kematian, ia tidak bisa ditunda, tidak dapat diperpanjang dengan alat-alat medis, dan penjemputnya tidak bisa disuap dengan harta sebanyak apapun untuk menunda sedetik dua detik (QS 63:11).

Melalui interpretasi modern panggung Hollywood, kematian selalu digambarkan kejam. Ia didramatisir, dibenci dan dihindari. Entah berapa banyak topik film tentang fountain of youth, keajaiban muda selamanya, impian futuristik tentang keabadian. Keinginan manusia untuk berkuasa selamanya. Lalu ada juga film-film tentang bagaimana takdir mempermainkan kehidupan, kesadisan grafis yang menyesakkan ketika penonton tahu, sedetik lagi manusia di film itu akan mati, tertabrak, ditembak, atau dibunuh alien. Kengerian yang kosong, atau akhir tidak berguna ketika ratusan orang mati demi kejayaan si bintang utama. Tidak berkesan. Kematian dilihat dari sudut pandang atheis, itulah yang bisa kita dapatkan dari kebanyakan film Hollywood.

Yang jelas, sebagaimanapun kita dibiasakan dengan kematian, hakikat mati itu sendiri selalu mengejutkan. (QS 31:34) Karena ia tidak bisa dicegah. A disease that has no cure.

Mengapa manusia takut mati?

Karena cinta dunia, karena mengetahui ia akan menemui hari pembalasan, karena takut berpisah, karena kehidupan dunianya terputus.

Itulah sebagian besar jawaban yang kudapatkan tentang alasan takut mati. Karena kita tidak punya ilmu dan kesungguhan untuk mempersiapkan diri menuju kematian. Padahal kita tidak pernah tahu kapan giliran kita.

Tidak kurang banyak ayat Al Quran dan hadits tentang maut dan sakitnya sakaratul maut, tetapi tidak kurang banyak kejahatan yang terjadi, disebabkan oleh tangan-tangan orang Islam. Korupsi, power abuse, kejahilan, kesia-siaan, semuanya terjadi seolah tidak pernah diingatkan. Ah tetapi begitulah tabiat manusia. Jika ia selamat, ia bagai akan hidup seribu tahun, tetapi ketika kapal yang ditumpanginya sedang diamuk badai, barulah ia mengingat Alloh.

Mengingat Alloh disaat saat terakhir, seperti fir’aun ketika nyawanya sudah dileher. Durhaka itu hilang tetapi waktu bertobat juga hilang. Na’udzubillahi min dzalik.

Arti bagi yang Ditinggalkan

Aku teringat pada teman masa kecilku, kami sama-sama main teater untuk persembahan naik kelas. Aku berperan jadi kacungnya juragan, dan dia menjadi centeng (ahli silat) juragan. Kami penggemar buku fiksi ilmiah. Suatu hari aku meminjam buku vampire darinya dan lama sekali tidak kukembalikan.

Ah, kukembalikan saja waktu lulus nanti. Begitu pikirku.

Tidak pernah kusangka, sebelum kami sempat pentas, ia terkena demam berdarah. Kata ibu guru, darah keluar dari pori pori kulitnya si centeng juragan itu, dan ia tidak bertahan lebih dari dua malam.

Buku vampirnya masih ada padaku hingga kini. Kita tidak begitu dekat, tetapi aku sungguh menyesal tidak lebih cepat mengembalikan bukunya. Sungguh menyesal.

==

Tanyakanlah artinya kehidupan pada yang ditinggalkan oleh kematian.

Artinya ibu bagi seorang anak, artinya suami bagi seorang istri, artinya pertemuan ketika perpisahan harus terjadi. Tidak ada yang lebih mengerti tentang arti seorang manusia, sebelum perpisahan itu datang. Sangat rindu kepada yang dicintai, tetapi tiada penawar dari rasa sakit akibat ditinggalkan.

Maka untuk apa kita jaga image? Tidak mau meminta maaf duluan, enggan menyambung silaturahim, mementingkan diri sendiri terhadap orang yang sebetulnya pantas menerima lebih baik dari yang selama ini kita berikan.

Manusia itu lucu ya. Kadang menuruti keangkuhan sehingga hilang kesempatan membahagiakan.

 Matinya Orang Beriman

Berbeda dengan kematian yang digambarkan Hollywood, kematian bagi orang-orang beriman selalu disambut syahdu. Para nabi rindu kepada Alloh, dan kerinduan itu dipanjatkan dalam doa.

” …. wafatkanlah aku dalam keadaan seorang muslim, dan hubungkanlah aku dengan orang-orang yang sholeh.” (QS. Yusuf [12] : 101).

Wafat sebagai muslim. Bahkan Nabi Alloh, pewaris surga, pun meminta hal yang demikian, apalagi kita. Apakah kita merasa tenang sementara belum pasti, apakah kita akan meninggal sebagai muslim?

Berapa banyak orang yang kita yakinkan, asyhadu bi anna muslimun… saksikanlah bahwa aku seorang muslim.. tetapi apakah diri kita sendiri, hati kita, anggota badan kita, mau bersaksi untuk kita? Atau jangan-jangan kita sendiri sebenarnya sudah mengetahui bahwa kita belum sempurna menjadi seorang muslim.

Kita akan menghadapi cobaan hidup di dunia, kemudian cobaan alam barzakh, lalu dibangkitkan pada hari akhir, dan diadili. Masih sangat panjang perjuangan kita. Bahkan jika kita mengukur panjangnya perjalanan dari sejak ditiupkan ruh hingga kelak diadili di hari akhir, apa-apa yang terjadi di dunia ini sangatlah singkat. Belum ada apa-apanya.

Di dunia yang teramat singkat ini, kita hanyalah orang asing didalam perjalanan.

A stranger to one another, kita ini hanyalah jiwa-jiwa yang menumpang jasad di bumi ini.

Beberapa diantara kita bertemu cukup lama. Ada yang meninggalkan jejak sebelum berlalu dari hidup, ada juga yang hilang tiada dicari.Tetapi kita semua pasti kembali ke asal kita tanpa terkecuali.

Semoga ketika saat itu datang, kita sudah lebih bersiap daripada saat ini.

===

 “…Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32.

Tinggalkan komentar